Profil Desa Linggasari

Ketahui informasi secara rinci Desa Linggasari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Linggasari

Tentang Kami

Desa Linggasari di Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara, merupakan wilayah agraris yang tengah berkembang menuju desa maju. Beririsan langsung dengan Waduk Mrica, desa ini menyimpan potensi besar di sektor pertanian padi, peternakan modern, serta UMKM pangan

  • Lumbung Padi Agraris

    Desa Linggasari memiliki fondasi ekonomi yang kuat pada sektor pertanian, dengan 50% lahannya didedikasikan untuk persawahan padi yang produktif.

  • Beririsan dengan Waduk Mrica

    Lokasinya yang strategis di tepi Waduk Mrica memberikan keunggulan geografis serta membuka potensi pengembangan sektor perikanan dan pariwisata air.

  • Inovasi Ekonomi Lokal

    Desa ini menunjukkan geliat ekonomi kreatif melalui peternakan kambing Etawa berkonsep modern dan munculnya produk UMKM inovatif seperti "Getuk Frozen Brooo".

Pasang Disini

Terletak di koridor strategis Kabupaten Banjarnegara, Desa Linggasari, Kecamatan Wanadadi, menampilkan wajah sebuah wilayah agraris yang dinamis dan terus berbenah. Dengan status Indeks Desa Membangun (IDM) sebagai Desa Berkembang, Linggasari secara aktif menggerakkan roda perekonomiannya melalui optimalisasi sektor pertanian, inovasi peternakan, hingga geliat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang mulai menunjukkan keunikan. Desa ini menjadi cerminan dari perpaduan antara tradisi agraris yang kuat dan visi pembangunan modern yang terencana.

Keberadaan desa yang bersinggungan langsung dengan salah satu ikon vital di Jawa Tengah, Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman atau Waduk Mrica, memberikan nilai tambah tersendiri. Posisi ini tidak hanya memengaruhi aspek geografis dan sosial, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Melalui kepemimpinan pemerintah desa yang transparan dan partisipasi aktif warganya, Linggasari berupaya mentransformasikan potensi yang dimilikinya menjadi kesejahteraan nyata.

Geografi, Demografi, dan Wilayah Administrasi

Desa Linggasari secara geografis terletak pada koordinat 7°22′24″ Lintang Selatan dan 109°39′39″ Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran dengan peruntukan lahan yang didominasi oleh area persawahan, menjadikannya salah satu lumbung padi di Kecamatan Wanadadi. Berdasarkan data dari portal Satu Data Banjarnegara tahun 2022, Desa Linggasari memiliki luas wilayah sebesar 3,134 kilometer persegi.

Secara administrasi, Desa Linggasari memiliki batas-batas yang jelas dengan desa-desa tetangga. Di sebelah Utara, wilayahnya berbatasan langsung dengan Desa Medayu. Di sisi Timur, desa ini berbatasan dengan Desa Banjarmangu dan Desa Banjarkulon, yang masuk dalam wilayah Kecamatan Banjarmangu. Batas Selatan desa ini ialah Desa Gumingsir serta bentangan perairan Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sementara di sebelah Barat, Linggasari berbatasan dengan Desa Karangkemiri dan Desa Kandangwangi.

Dari sisi kependudukan, data yang sama pada tahun 2022 mencatat jumlah penduduk Desa Linggasari sebanyak 3.099 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, maka kepadatan penduduk Desa Linggasari mencapai 988,83 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup signifikan, mencerminkan pemusatan permukiman di antara lahan-lahan pertanian yang subur. Wilayah Desa Linggasari terbagi atas beberapa dusun atau kadus, yang meliputi Linggamerta, Dogleg, Linggasari, Karangmangu, Karanggondang Kulon, dan Rengrang, yang masing-masing berkontribusi pada dinamika sosial dan pemerintahan desa.

Pemerintahan dan Tata Kelola Desa

Roda pemerintahan di Desa Linggasari dijalankan oleh sebuah tim aparatur desa yang dipimpin oleh Kepala Desa, Parso, S.Kom. Di bawah kepemimpinannya, Pemerintah Desa Linggasari menunjukkan komitmen kuat terhadap transparansi dan akuntabilitas. Hal ini dibuktikan melalui website resmi desa yang aktif memublikasikan berbagai informasi publik, termasuk Info Grafis Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) secara berkala. Inisiatif seperti "Pakta Integritas Anti Korupsi" dan kampanye "Stop Gratifikasi" menjadi bukti nyata keseriusan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan melayani.

Berdasarkan data Indeks Desa Membangun (IDM) terbaru pada tahun 2023, Desa Linggasari berstatus Desa Berkembang dengan skor 0.6924. Skor ini merupakan agregat dari tiga indeks utama: Indeks Ketahanan Sosial (IKS) sebesar 0.78, Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) sebesar 0.63, dan Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL) sebesar 0.67. Pemerintah desa menargetkan peningkatan status menjadi Desa Maju, dengan fokus pembenahan pada sejumlah indikator yang masih memerlukan perhatian.

Tantangan utama yang teridentifikasi dalam data IDM yaitu kebutuhan akan pembangunan pasar permanen untuk menampung produk lokal, pengadaan pusat keterampilan atau kursus untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, serta optimalisasi pengelolaan sampah melalui pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) yang terstruktur. Meski demikian, Linggasari memiliki skor yang baik dalam hal keamanan lingkungan berkat adanya Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) yang aktif serta akses internet yang sudah memadai bagi warga, yang menjadi modal penting untuk kemajuan desa di era digital.

Potensi Ekonomi dan Perekonomian Desa

Sektor pertanian merupakan tulang punggung utama perekonomian Desa Linggasari. Komposisi lahan yang menurut data Wikipedia mencakup 50% persawahan menegaskan posisi desa sebagai penghasil padi yang signifikan di Kecamatan Wanadadi. Suburnya tanah dan ketersediaan air dari sistem irigasi yang ada mendukung produktivitas pertanian tanaman pangan ini secara berkelanjutan. Selain padi, lahan perkebunan yang mencakup sekitar 30% dari total wilayah juga ditanami berbagai komoditas lain yang menopang pendapatan petani.

Di luar pertanian, sektor peternakan mulai menunjukkan inovasi yang menarik. Salah satu yang paling menonjol yaitu kehadiran sebuah peternakan kambing jenis Etawa milik seorang warga bernama Gunpar. Diliput oleh media nasional pada pertengahan 2023, peternakan ini dirancang dengan konsep unik menyerupai vila, lengkap dengan taman dan gazebo. Selain estetik, desain kandang panggung yang bersih ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan peternakan yang ramah lingkungan, tidak menimbulkan bau, dan membuat ternak lebih sehat. Inisiatif ini berpotensi menjadi model percontohan bagi pengembangan agrowisata berbasis peternakan modern di Banjarnegara.

Geliat ekonomi kreatif juga mulai tumbuh melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu produk lokal yang berhasil dikembangkan ialah "Getuk Frozen Brooo". Produk ini merupakan inovasi olahan singkong, salah satu hasil bumi lokal, yang dikemas secara modern dalam bentuk beku (frozen food). Inovasi ini tidak hanya meningkatkan nilai jual singkong, tetapi juga menjawab kebutuhan pasar akan camilan tradisional yang praktis dan tahan lama. Kehadiran UMKM seperti ini menjadi motor penggerak ekonomi keluarga dan membuka lapangan kerja di tingkat lokal.

Kehidupan Sosial dan Budaya

Kehidupan sosial masyarakat Desa Linggasari sangat kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Tradisi ini tercermin dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, termasuk Siskamling yang berjalan aktif di lingkungan Rukun Tetangga (RT). Menurut data IDM, frekuensi gotong royong di desa ini tergolong tinggi, menjadi pilar utama dalam menjaga kerukunan dan membangun kepedulian sosial antarwarga.

Dari sisi budaya, masyarakat Linggasari masih melestarikan tradisi warisan leluhur. Salah satunya ialah tradisi "Suroan", sebuah perayaan menyambut bulan Sura dalam kalender Jawa. Tradisi ini menjadi wujud akulturasi budaya Jawa dan nilai-nilai Islam yang dipegang teguh oleh mayoritas penduduk. Asal-usul nama Linggasari sendiri, menurut catatan sejarah lisan yang terdokumentasi di situs desa, berasal dari nama Prabu Linggarjaya, tokoh yang diyakini sebagai orang pertama yang menempati wilayah tersebut.

Meskipun data IDM menunjukkan bahwa keragaman suku dan agama di desa ini cenderung homogen, warga Linggasari hidup berdampingan dengan damai. Kehidupan beragama berjalan dengan baik, didukung oleh semangat toleransi yang telah mengakar. Kehadiran Karang Taruna sebagai organisasi kepemudaan juga menjadi wadah penting bagi generasi muda untuk berkarya dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, olahraga, dan kebudayaan di tingkat desa.

Infrastruktur dan Pembangunan

Pembangunan infrastruktur di Desa Linggasari terus berjalan secara bertahap, baik yang didanai melalui APBDes maupun program pemerintah daerah dan pusat. Dalam hal infrastruktur dasar, akses listrik bagi warga sudah sangat baik, di mana hampir seluruh keluarga telah menikmati penerangan listrik. Demikian pula dengan akses terhadap internet yang sudah tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh warga untuk berbagai keperluan.

Di sektor sanitasi, kesadaran masyarakat untuk memiliki jamban pribadi juga sudah tinggi, berkontribusi pada peningkatan kesehatan lingkungan. Akses terhadap kelompok pertokoan atau warung kelontong pun terbilang mudah, dengan jarak tempuh yang relatif dekat bagi sebagian besar warga.

Namun beberapa tantangan infrastruktur masih menjadi prioritas pembangunan ke depan. Berdasarkan data IDM, desa ini belum memiliki pasar desa yang dibangun secara permanen. Selain itu, jarak tempuh menuju Pusat Kesehatan Desa (Poskesdes) terdekat masih dianggap cukup jauh, yakni lebih dari 3,5 kilometer, sehingga menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan di bidang kesehatan. Di bidang lingkungan, sistem pengelolaan sampah rumah tangga yang mayoritas masih dengan cara dibakar atau ditimbun di lubang memerlukan solusi yang lebih modern dan ramah lingkungan, seperti pembangunan TPS dan sistem pengelolaan sampah terpadu. Pemerintah desa, melalui perencanaan yang matang, diharapkan dapat mengatasi tantangan ini untuk mewujudkan Linggasari sebagai desa yang maju, mandiri, dan sejahtera.